Blog

‹ Back

Magang: Gerbang Menuju Dunia Kerja

Kumparan.com,Magang sering dianggap sebagai pintu awal bagi mahasiswa atau fresh graduate untuk mengenal dunia kerja. Dalam praktiknya, banyak perusahaan membuka lowongan magang tanpa bayaran, dengan alasan memberikan “pengalaman berharga”. Media seperti Kumparan.com kerap menyoroti isu ini, karena meski terlihat menguntungkan dari sisi pengalaman, magang tanpa bayaran menimbulkan pertanyaan etis dan keadilan bagi para pekerja muda.

Antara Belajar dan Bekerja

Pertanyaan besarnya adalah: apakah peserta magang hanya belajar, atau sebenarnya juga bekerja secara penuh layaknya karyawan? Banyak kasus di mana intern diberi tanggung jawab besar, jam kerja panjang, bahkan target yang berat—tanpa kompensasi sepadan. Dalam situasi seperti itu, sulit membedakan mana yang benar-benar program pembelajaran dan mana yang merupakan bentuk eksploitasi terselubung.

Dampak Sosial dan Ketimpangan Kesempatan

Magang tanpa bayaran secara tidak langsung menciptakan ketimpangan sosial. Hanya mereka yang memiliki dukungan finansial cukup yang mampu bertahan dalam posisi tersebut. Sementara itu, mahasiswa dari keluarga ekonomi menengah ke bawah terpaksa melewatkan kesempatan berharga karena tidak sanggup membiayai hidup tanpa gaji. Kumparan.com mencatat bahwa kondisi ini mempersempit akses terhadap pengalaman kerja berkualitas bagi semua kalangan.

Perlu Aturan yang Lebih Jelas

Magang seharusnya menjadi wadah belajar yang adil dan inklusif. Pemerintah, kampus, dan perusahaan perlu duduk bersama menetapkan standar yang melindungi hak peserta magang. Apakah itu melalui insentif, pelatihan berkualitas, atau batasan jam kerja yang manusiawi. Kumparan.com menegaskan bahwa pengalaman kerja tidak harus dibayar mahal, tapi juga tidak boleh membuat pekerja muda merasa dieksploitasi. Karena belajar dan dihargai seharusnya bisa berjalan beriringan.